Rachel
“
Rachel !!!!!!!! “ suara teriakan yang memekikkan telinga terdengar lagi untuk
ketiga kalinya hari ini, Rachel menarukkan kembali ayam panggang lezat ke dalam
piring dari tangannya, wajahnya cemberut, dan matanya masih melihat ayam
panggang itu.
“
kau sudah makan tiga kali ayam itu, dan sekarang mau makan lagi ? tinggalkan
ayahmu ! dia belum makan sama sekali ! “ bentak mamanya, “ ah ya ampun anak
ini, kenapa tidak pernah berubah, kerjanya selalu makan, mencuri makanan,
kemudian makan lagi, beratmu sudah 80 Kg ! kau sudah kelas 2 SMA Rachel,
seharusnya kau memikirkan masa depanmu, mau jadi apa kau nanti, bagaimana
dengan UN mu setahun lagi ? kau ini anak perempuan, anak perempuan satu –
satunya di keluarga ini, harusnya kau bisa membanggakan keluarga, bukan malah
membuat jadi malu ! “ teriak mama Rachel lagi.
“
hentikan mama, Rachel sudah dengar itu seribu kali “ kata Rachel.
“
jika tak ingin dengar yang ke seribu satu kalinya, ubang sikapmu ! semuanya ! “
dan mama Rachel kembali ke dapur. Sementara Rachel yang masih menunjukkan
ekspresi merungut , mencuri ayam ayahnya dan masuk ke kamarnya, dalam hati dia
berkata, “ ayah aku lapar, maafkan aku.
“
***
“ gendut... cepat sini ! “ seorang
gadis cantik, tinggi, dan putih memanggilnya. Anastasia, mau apa lagi dia ?
tanya Rachel dalam hati. Rachel bangkit malas – malasan dari tempat duduk di taman
sekolahnya. Mereka sedang istirahat sekarang. Rachel sendiri sedang membaca
komik sebagai pengobat kepalanya yang pusing setelah tadi berkutat dengan
pelajaran matematika selama 2 jam.
“
apa ? “ tanya Rachel.
“
minta buku PR sejarah pada Sisilia ! “ perintah Anastasia.
Sisilia
adalah murid cerdas, juara pertama di kelas mereka, anak baik dan tidak terlalu
suka mengobrol, sedikit tertutup, tapi dia satu –satunya orang yang tidak
pernah meledek Rachel di kelasnya, dan pernah memarahi Anastasia karena
menghina Rachel sangat keterlaluan, tapi sebenarnya Rachel dan Sisilia juga
tidak berteman akrab, bahkan Rachel sebenarnya tidak terlalu peduli.
“
minta saja sendiri ! “ kata Rachel.
Tiba
–tiba Anastasia merampas komik Rachel, “ aku akan berikan ini ketika buku PR
sejarah sudah di tanganku. “ katanya.
Dengan
muka kesal Rachel masuk ke dalam kelas, dan mendapatkan Sisilia yang duduk di
bangkunya, terletak di sudut kiri paling depan, dia sedang membaca sebuah buku
tebal yang diyakini Rachel bukan komik ataupun novel.
“
Sisilia ! “ Rachel memanggil. Sisilia menoleh padanya, “ ya ? “
“
pinjam PR Sejarah ! Anastasia memintanya. “ kata Rachel.
Sisilia
mengeluarkan raut wajah tidak senang, “ ayolah Sisilia, dia merampas komikku,
kalau aku tidak membawa bukumu padanya, aku berani bertaruh dia akan
membakarnya ! “ mohon Rachel. Sisilia menghela napas, “ ini “ dia memberikan
buku nya pada Rachel.
Secepat
kilat Rachel keluar dan balik lagi ke kelas dengan komik di tangannya, “
kuharap kau tidak keberatan, di luar terlalu menyebalkan “ dan Rachel menempati
bangkunya yang paling belakang. Selama beberapa lama mereka diam dan sibuk
membaca buku masing – masing, tapi sesekali Rachel terkikik dengan bacaannya.
“
aku iri padamu “ tiba - tiba Sisilia berkata, Rachel mengangkat kepalanya dari
komik dan melihat sekeliling, tidak ada
siapapun di kelas selain mereka berdua.
“
kau berbicara padaku ? “ tanya Rachel.
“
siapa lagi ? “ kata Sisilia dan sekarang dia menuju ke tempat Rachel duduk,
kemudian memandangnya lekat – lekat, Rachel baru sadar ternyata Sisilia
mempunyai mata yang sangat jernih tetapi sayu.
“
hahahahaha “ Rachel tertawa, “ jangan bercanda ! orang yang mendapat nilai nol
pada pelajaran matematika pun tidak mungkin iri padaku. “ kata Rachel.
“
kalau begitu aku orang yang mendapat nilai minus ! “ jawab Sisilia.
“
kenapa sih kau ? “ sekarang Rachel
mulai kesal, sepertinya dia dipermainkan.
Tapi
Sisilia bergeleng, “ aku serius, aku sangat ingin menjadi orang yang tidak
perlu memikirkan apapun, hanya bersenang – senang, dan tidak peduli pada
siapapun sepertimu. “ kata Sisilia. “ yah jelas... terima kasih hinaannya “
kata Rachel tersinggung.
“ itu bukan hinaan, “ kata Sisilia tenang, “ terkadang aku ingin menendang buku –buku itu dan hanya membaca majalah sepanjang hari di kamarku, tapi batinku menolaknya dan merasa tidak bertanggung jawab kalau melakukannya. “ kata Sisilia.
“ itu bukan hinaan, “ kata Sisilia tenang, “ terkadang aku ingin menendang buku –buku itu dan hanya membaca majalah sepanjang hari di kamarku, tapi batinku menolaknya dan merasa tidak bertanggung jawab kalau melakukannya. “ kata Sisilia.
“
kau tahu ? kurasa kau itu terlalu banyak mengerjakan soal matematika, jadinya
otakmu sudah hilang sebelah. “ kata Rachel asal- asalan.
Tapi
Sisilia malah tertawa, “ benar juga ! tapi ngomong – ngomong, aku tidak pernah
tahu apa cita – citamu ? semenjak kita satu kelas, aku belum pernah dengar apa
– apa tentang mu yang ingin jadi apa. “
“
bahasamu berat sekali ! “ Rachel memperotes, “ aku tidak punya cita – cita, dan
aku tidak berambisi apapun, oh mungkin satu ! aku ingin jadi duta makanan. “
jawab Rachel.
Dan
Sisilia tertawa lagi, “ kau sangat lucu, aku pikir aku bisa hidup lebih lama
jika berteman denganmu. “ kali ini Rachel tidak menggubris.
“
aku suka puisi, dan aku ingin jadi penulis puisi yang terkenal, tapi aku tidak
tahu apakah aku mempunyai kesempatan untuk itu. “ kata Sisilia lagi.
“
yah... mengingat kau pintar matematika, jadi aku sarankan lebih baik kau jadi
guru matematika saja. “ jawab Rachel.
“
aku juga ragu apakah aku masih sempat untuk itu. “ katanya.
“
kalau kau tidak sempat untuk itu, ya sempatkan untuk hal – hal lain. “ jawab
Rachel masih asal-asalan sebenarnya.
Tapi
Sisilia terdiam, Rachel mengangkat matanya ke wajah Sisilia, dan sekarang
matanya yang jernih tampak berkaca – kaca. Rachel kaget dan jadi salah tingkah,
“ apa aku salah bicara ? “ Tiba –tiba
saja Sisilia memeluk Rachel kencang, “ terima kasih ! “ dan dia pergi ke tempat
duduknya, wajahnya sekarang lebih bergembira, dia sudah menyimpan buku tebalnya,
dan mulai memasang earphone di telinganya, sambil besenandung.
“
sinting ! “ kata Rachel yang melihatnya dari jauh.
***
Rachel baru saja duduk di bangku
kelasnya, dia masih sangat mengantuk dan terus menguap. Ketika dia baru mau
menutup matanya, tiba –tiba saja sebuah gebrakan keras terdengar di mejanya dan
Rachel terlonjak, dilihatnya Sisilia menjatuhkan novel – novel ke mejanya, “
menurutmu novel mana yang paling menarik ? yang paling romantis, yang pemeran
utamanya sangat mengagumkan ? “ tanya Sisilia
Rachel
bingung tapi dia melihat semua novel itu dan memilih salah satu yang menurutnya
paling menarik, kemudian Sisilia mengangguk dan menjatuhkan tasnya di kursi
sebelah Rachel, “ tunggu dulu, apa ini ? kau duduk disini ? “ tanya Rachel
kaget, selama ini dia selalu duduk di belakang sendirian.
“
yup, aku sudah minta pada wali kelas, katanya boleh,dan mulai sekarang panggil
aku Sisil “
“
apa ?! “ Rachel menghela napas tampak tidak setuju, tapi habis itu dia tidak
protes – protes lagi, karena sebanarnya Rachel tahu jauh di dalam dirinya dia
senang.
***
Rachel dan Sisil baru saja keluar
dari mall sambil memegang es krim di tangan mereka masing – masing. Sudah
sebulan mereka duduk sebangku dan sekarang mereka seperti sepasang mobil dan
bensin, dimana ada Sisil ada Rachel dan sebaliknya. Untuk pertama kalinya
Rachel mengajak Sisil ke rumahnya, dan Sisil menerimanya dengan semangat.
Mereka tiba di sebuah rumah yang tidak terlalu besar, tapi cukup untuk 4 orang
di dalamnya. Catnya di dominasi oleh warna putih dan tidak bertingkat. Sisil
mengamati rumah Rachel dengan seksama, sebuah kolam ikan di bagian belakang
rumah Rachel sangat mengangumkan, dan Sisil memutuskan itu adalah tempat
favoritnya. Kemudian mereka memasuki kamar Rachel, tempat yang paling
berantakan diantara seluruh ruangan. Seprainya terletak ke lantai, bantal juga
tak tersusun rapi, seragam sekolahnya tidak terlipat dan buku ada dimana-mana,
serta ada sebuah gitar yang terpajang asal – asalan di sudut kamarnya.
“
kau bisa main gitar ? “ tanya Sisil.
“
bisa. “ jawab Rachel datar.
“
coba mainkan “ pinta Sisil. Rachel mengambil gitarnya dan mulai memetiknya
Jrenggggg
“ ehm.. ehm... “ Rachel bersenandung seperti penyanyi profesional yang ingin
mengambil suara. Sisil terkekeh melihat Rachel, tapi kemudian dia mulai
terdiam.
If
I could, then I would
I'll go wherever you will go
Way up high or down low
I'll go wherever you will go.....
I'll go wherever you will go
Way up high or down low
I'll go wherever you will go.....
Rachel mengakhiri nyanyiannya (wherever you will go- The Calling )
dengan gesekan gitar yang sangat indah. Setelah itu, Rachel keheranan melihat
Sisil yang matanya sekarang berkaca-kaca, “ ya Tuhan Rachel, kau dilahirkan
sebagai penyanyi ! “
Beberapa detik Rachel terdiam dan
kemudian dia mengeluarkan tawa yang sangat besar,
“ kau berlebihan ! “ kata Rachel.
“ tidak ! suaramu... kau... ya
ampun Rachel, masa kau tidak menyadari kelebihanmu sih ? selama ini kau tidak pernah menunjukan kemampuan apapun yang
kau miliki, mungkin ini dia ! mungkin kau bisa sukses menjadi penyanyi !
suaramu itu luar biasa kau tahu ! “ Sisil mengatakan dengan berapi-api.
“ tidak, aku tidak tertarik menjadi
penyanyi, atau apapun itu. “ jawab Rachel tidak antusias.
“ kenapa ? “ tanya Sisil, dahinya
mengernyit.
“ bukanya aku tidak suka musik atau
nyanyi, aku hanya tidak berambisi dan tidak peduli juga, sebenarnya aku tidak
terlalu memikirkan tentang hal – hal yang terjadi di masa depan, aku hanya akan
mengikuti alur saja. “ jawab Rachel enteng.
“ ke... kenapa ? “ tiba –tiba saja
Sisil mengeluarkan air matanya, “ kenapa kau begitu tidak peduli dengan masa
depanmu ? padahal kau punya waktu Rachel, kau bebas, kau bisa melakukan dan
berjuang apapun yang kau mau demi masa depanmu, tapi kenapa kau tidak ?“ teriak
Sisil yang sekarang benar-benar menangis dan keluar dari kamar Rachel begitu
saja.
Rachel hanya terpana melihatnya,
apa yang salah, kenapa dia menangis seperti itu ?
“ sinting ! “ desis Rachel.
***
Rachel
tiba di sekolah pagi – pagi sekali, dia memikirkan Sisil yang marah padanya
kemarin, walaupun berusaha tak acuh, tapi mau tak mau dia memikirkannya juga, dan
pagi ini begitu Sisil datang, Rachel akan langsung meminta maaf padanya, dia
sudah berniat dalam hati. Rachel melihat ke pintu kelas penuh harap, tapi satu
jam, dua jam, tiga jam, bahkan hingga waktunya pulang, Sisil tetap tidak tampak
memasuki pintu kelas itu. Rachel melihat bangku sebelahnya yang kosong, kenapa
anak itu, apa gara – gara persoalan kemarin dia tidak datang ? Rachel mengangkat bahu, dan memutuskan akan
menunggu besok pagi sambil berharap semoga Sisil datang. Besoknya, Sisil juga
tidak datang, bahkan 2 hari kedepan Sisil juga tidak menunjukkan tanda – tanda
untuk datang, akhirnya Rachel tidak tahan dan memutuskan untuk menelepon Sisil
yang seharusnya sudah dihubunginya 3 hari yang lalu.
Tut...tut.... “ awas saja kalau
anak ini tidak angkat. “ gerutu Rachel.
“ halo ? “ seseorang menjawabnya.
“ Sisil, kau kemana saja ? kenapa
tidak masuk sekolah ?apa gara – gara kejadian di rumahku? kalau iya maka aku minta maaf sekarang. “
“ ini siapa ? saya mamanya Sisil. “
Rachel terkejut bukan main, “ maaf
tante maaf... ehm saya pikir tadi Sisil, saya... bisa bicara denganya tante ? “
Rachel menunggu jawaban, terdengar helaan napas, dan mama Sisil mulai berkata,
Rachel mendengarkan dengan seksama, sekarang matanya melebar. Ketika teleponnya
ditutup, dia langsung menaiki angkot dan pergi secepat mungkin.
Di dalam angkot, Rachel berkata
–kata kecil seperti doa, dan tiba – tiba saja, ketika lampu merah menyala, seseorang
memberikan brosur, Rachel membaca judulnya, “Audisi Penyanyi Indonesia” dan keterangannya tertulis : mempunyai
kesempatan terbang ke Hollywood untuk mewujudkan impianmu menjadi penyanyi
internasional. Angkot mulai jalan lagi, Rachel melipat kertas itu dan memasukkan
ke dalam tasnya.
***
Rachel
berlari di sepanjang lorong rumah sakit, dia melihat-lihat nomor kamar dan
akhirnya tiba di kamar 104. Dua orang dewasa, laki-laki dan perempuan sedang
duduk di kursi samping pintu kamar.
“ permisi... saya Rachel “ kata
Rachel.
“ Rachel ? “ wanita setengah baya
itu bertanya, Rachel yakin itu mamanya Sisil.
“ iya, tante Sisil sakit apa ? “
tanya Rachel.
Sekarang mamanya kelihatan sangat
sedih dan mulai berkata lemah, “ leukimia
“
Mata Rachel membesar, dia tahu, walaupun
tidak pintar pelajaran biologi, walaupun tidak pernah mendapat juara, tapi dia
tahu kalau leukimia itu sakit yang sangat berbahaya.
“ bagaimana bisa... dia sehat –
sehat saja, maksud saya dia... “ Rachel kehabisan kata-kata.
“ dia merahasiakannya, dia tak
ingin ada siapapun yang tahu tentang penyakitnya, dua bulan yang lalu, dokter
memvonis hidupnya tak akan lama, ini adalah sebuah keajaiban dia bisa bertahan.
Tante sudah bilang agar tidak usah bersekolah lagi, tapi dia memaksa, dia
bilang dia akan tambah sakit jika hanya dirumah, dia... dia.... “ mama Sisil
mulai menangis dan tak bisa melanjutkan kata-katanya. Rachel terhenyak, seperti
ada listrik yang disetrumkan ke kepalanya, “ boleh..bolehkan saya menemuinya ?
“ tanya Rachel.
Mama Sisil mengangguk, dan Rachel
memasuki kamar Sisil. Sisil menggunakan selang kecil di hidungnya, tangannya
terinfus, dan wajahnya sangat pucat, dia melihat langsung ke mata Rachel. “
halo... “ sapa Rachel.
Sisil tersenyum lemah. “ kau baik –
baik saja ? “ tanya Rachel lagi.
Sisil mengangguk. “ aku minta
maaf... aku tidak tahu “ Rachel berusaha keras untuk tidak menangis, “
setidaknya kau menceritakan ini pada sahabatmu ! “ kata Rachel.
Sisil tersenyum dan menggengam
tangan Rachel, “ maaf... dan juga maaf tentang kejadian waktu itu, harusnya aku
tidak emosional begitu. Aku sadar itukan hakmu mau jadi penyanyi atau bukan,
aku hanya merasa kesal melihatmu, hahahaha.” Sisil tertawa, tapi Rachel diam
saja, Sisil melanjutkan, “ kau punya waktu, punya tubuh yang sehat, dan kau punya
bakat, tapi kau tidak mempedulikan bakatmu, kau hanya terus bertahan dengan
caramu yang acuh tak acuh, sementara aku, aku tidak punya waktu, tidak punya
tubuh yang sehat, aku hanya punya mimpi yang mungkin tidak akan pernah
terwujud. Tentu saja aku tidak akan memaksamu untuk menjadi penyanyi jika
memang kau tidak tertarik, aku hanya berharap kau tidak menyia-nyiakan waktumu
yang panjang, karena saat ini kau masih bisa bernapas. “ Sisil tersenyum pada Rachel
dengan senyumnya yang tulus.
***
Rachel terlentang di atas tempat
tidurnya, sudah 3 hari ini dia datang ke rumah sakit untuk melihat Sisil atau
hanya sekedar memberitahu tentang tugas – tugas mereka, tapi Sisil tetap
kelihatan lebih pucat dari biasanya, dan sangat kurus. Rachel bangkit, mengambil
gitarnya. Awalnya dia hanya memandangnya, tapi kemudian memetiknya, pertama
–tama pelan, lama – kelamaan dia memetik dengan sangat kencang, kemudian dia
memetik pelan lagi, Rachel menutup matanya masih sambil memetik gitarnya, dan
dia mulai mengeluarkan suara lembut yang lama – kelamaan kencang seperti menyanyikan
lagu rock dan kembali lembut lagi, Rachel terus melakukan itu berkali – kali,
dan akhirnya dia membuka matanya, wajahnya menyeringai, seperti menemukan
sebuah harta karun yang selama ini dicarinya,
“
iya, tentu saja ! “ katanya senang.
Kring....
kring.....
Handphonenya
berbunyi, “ halo ? “ jawab Rachel tanpa melihat siapa peneleponnya.
“
Rachel ? “ suara wanita setengah baya terdengar, jelas dia sedang menangis.
“
tante ? ada apa ? “
***
Siang hari yang cerah, seharusnya
itu menjadi hari yang baik, tapi tidak untuk semua orang yang ada di pemakaman
itu, semua datang, keluarganya, teman sekolahnya, bahkan wali kelasnya, semua
datang ke pemakaman Sisil. Rachel tidak menangis, dia bahkan tidak kelihatan
sedih, tapi semua orang tahu dia lah yang paling merasa kehilangan dibanding
seluruh teman-temannya, semua orang tahu Sisil adalah sahabat Rachel.
Perlahan-lahan orang-orang mulai pergi, hanya orang tua Sisil dan Rachel yang
tinggal, Rachel berjongkok di samping kuburan Sisil, “ hari ini ulang tahunku,
kau memberikan kado dan kejutan yang paling istimewa. Bodoh ! harusnya hari ini
aku mengajakmu ke mall dan mentraktirmu es krim, tapi kau cepat sekali
perginya, aku jadi tidak bisa mentraktirmu kan. Harusnya kau bilang jika mau
pergi, jadi aku bisa membawakanmu es krim semalam, kau selalu begitu, tiba
–tiba pergi, tapi yang kali ini kau tidak akan kembali kan.., aku.... aku akan
merindukanmu. “ Rachel tersenyum sangat manis dengan mata yang sudah berkaca –
kaca.
***
Mereka semua duduk di meja makan,
kakak Rachel, Charlie sedang mengambil potongan ayam kedua, Rachel diam saja,
biasanya dia akan protes kalau kakaknya mengambil ayam dua kali. “ ndut, aku
ambil ! “ kata Charlie
Rachel
menarik napas dan melepaskannya, “ aku sudah memutuskan ! “ katanya tiba –tiba
membuat Charlie terlonjak, “ aku akan ikut Audisi
Penyanyi Indonesia. “ kata Rachel mantap.
Beberapa
saat keluarganya terdiam, tapi kemudian ledak tawa Charlie keluar, “ jangan
bercanda. “
“aku
tidak bercanda “ kata Rachel.
“
jangan macam – macam, lebih baik pikirkan masa depanmu saja, belajar baik –
baik, sebentar lagi kau kelas tiga ! “ kata mama Rachel.
“
karena itu aku ingin coba mengikuti audisi ini ! Aku ingin membuktikan apakah benar bernyanyi
adalah kelebihan yang Tuhan berikan kepadaku, yang selama ini tidak pernah aku
pedulikan dan ku biarkan begitu saja. Apakah benar ini bisa menjadi opsi masa
depanku, Hanya kali ini, beri aku kesempatan ! dan kalau aku gagal aku akan
mengikuti semua kemauan mama, bahkan jika aku berhasil aku juga akan
mengikutinya, yang aku bisa. “ Rachel
memberi penekanan pada kalimat terakhirnya.
Mama
Rachel meliriknya dingin, “ kapan audisinya ? “
“
tiga bulan lagi. “ jawab Rachel.
“
baik, tapi dengan satu syarat, turunkan berat badanmu 20 kg ! jika kau tidak
bisa, kau tidak boleh ikut ! “ kata mama Rachel tajam.
“
aku bisa ! “ jawab Rachel semangat hingga membuat Charlie menjatuhkan ayamnya.
“
gila! “ tambah Charlie.
***
Rachel antri diantara puluhan orang
yang telah terseleksi, tapi justru babak kali ini yang sangat menentukan,
karena jurinya adalah orang –orang besar di perindustrian musik. Rachel melihat
dari balik tirai panggung, 4 juri luar biasa yang akan menilainya, dia semakin
deg – degan karena ini adalah pembuktiannya.
“
selamat siang “ terdengar suara lelaki yang sekarang telah naik ke panggung
menghadap juri, “ namaku Keil, aku akan menyanyikan lagu More Than Word “ dia mulai memetik gitarnya dan menyanyikannya, suaranya
begitu lembut, wajahnya juga selalu tersenyum, dan yang paling penting dia
menyanyikannya dengan hati.
“
4 yes !!!!!! “ juri berteriak, dan Keil senang bukan kepalang, dia mengucapkan
terima kasih dan langsung kebelakang pangung, “ semoga beruntung “ katanya
ketika melewati Rachel.
Rachel
mangkin deg-degan ketika nomornya dipanggil, dia memasuki pentas dengan kaki
yang gemetaran, ini pertama kalinya dia di pentas, dilihat oleh begitu banyak
orang dan juri – juri yang hanya dilihatnya dari TV.
“
Halo.... Rachel ? “ tanya juri yang paling cantik.
“
iya“ kata Rachel.
“
kau akan menyanyikan lagu... ahh ini salah satu lagu favoritku, ceritakan
kenapa memilih lagu ini. “ katanya.
“
karena seorang sahabat sangat menyukai lagu ini. “ jawab Rachel.
“
itu saja ? aku ingin mendengar lebih banyak. “ kata juri laki – laki yang
paling ujung.
Maka
Rachel sedikit bercerita, “ dia... yang menyadarkanku kelebihan yang kumiliki,
yang bahkan selama ini kuanggap tidak ada, dia yang memberitahuku arti dari
sebuah pilihan masa depan, yang mungkin bisa dipertimbangkan. Dia yang
membuatku belajar untuk lebih mengenal dan mencintai diriku sendiri. “
“
dan apakah sahabatmu disini ? “ tanya juri cantik itu lagi.
“
tidak, tapi aku rasa dia melihatku. “ kata Rachel.
“
dari TV, yeah... “
“
tidak, dari surga.... kuharap “ jawab Rachel tenang. Beberapa saat ada
keheningan yang terjadi ketika mereka mengetahui artinya.
“
baiklah, kita langsung saja. Benyanyilah dengan baik “ juri laki-laki memberi
kode.
Intro
musik mulai terdengar, Rachel memegang erat microphone nya, menutup matanya,
dan mendekatkan mic nya ke bibir, dia mulai bernyanyi
So
lately, been wondering
Who will be there to take my place
When I'm gone, you'll need love
To light the shadows on your face
If a great wave should fall
It would fall upon us all
And between the sand and stone
Could you make it on your own
If I could, then I would
I'll go wherever you will go
Way up high or down low
I'll go wherever you will go
Who will be there to take my place
When I'm gone, you'll need love
To light the shadows on your face
If a great wave should fall
It would fall upon us all
And between the sand and stone
Could you make it on your own
If I could, then I would
I'll go wherever you will go
Way up high or down low
I'll go wherever you will go
If
I could turn back time
I'll go wherever you will go
If I could make you mine
I'll go wherever you will go ~ ~ ~
I'll go wherever you will go
If I could make you mine
I'll go wherever you will go ~ ~ ~
Rachel
menyelesaikan nyanyiannya, dan membuka matanya, kemudian tiba –tiba saja, kedua
juri cantik berdiri dan bertepuk tangan keras, bahkan salah satunya menangis,
juga seluruh penonton yang ada di situ bertepuk tangan dengan histeris.
“
4 yes !!! ya Tuhan... kau mempunyai suara seorang dewi ! “ kata salah satu
juri.
Rachel
tidak mempercayai pendengarannya, dia berhasil, dia berhasil membuktikannya,
dia telah menemukan kelebihannya ! Rachel berjingkat kesenangan, dan tiba –tiba
saja seorang wanita memeluknya, “ mama ! mama datang ? aku pikir mama... “
“
jangan bodoh, jika pun kau tidak lolos, mama tetap akan datang ! “
Ketika
mereka kembali ke belakang panggung, Keil memberi Rachel selamat, “ suaramu
bagus sekali “
“
terima kasih. “ kata Rachel yang sekarang wajahnya merona.
“
ayo... kita harus merayakan ini, yah walau hanya makan es krim“ rupanya mama
Rachel masih berpura –pura dingin meskipun bibirnya terus mengeluarkan
senyuman.
Wajah
Rachel menatap ke atas, seolah – olah melihat kebun bunga disana, ekspresinya
teduh, mata dan bibirnya tersenyum, “ ini
adalah permulaan, ya kan Sisil ? “
Sedetik
kemudian, Rachel tak sengaja melirik ke Keil yang juga meliriknya, wajahnya
sedikit memerah “ dan semoga aku bisa berbagi rasa es krim denganya. “ kata
Rachel sambil menatap ke atas sekali lagi.
“
Rachel cepat ! “ teriak Charlie.
“
iyaaaaa “ jawab Rachel yang lari mengejar keluarganya.
THE END