Kamis, 18 Agustus 2016

Rachel



                                                                                                Rachel   

                “ Rachel !!!!!!!! “ suara teriakan yang memekikkan telinga terdengar lagi untuk ketiga kalinya hari ini, Rachel menarukkan kembali ayam panggang lezat ke dalam piring dari tangannya, wajahnya cemberut, dan matanya masih melihat ayam panggang itu.
“ kau sudah makan tiga kali ayam itu, dan sekarang mau makan lagi ? tinggalkan ayahmu ! dia belum makan sama sekali ! “ bentak mamanya, “ ah ya ampun anak ini, kenapa tidak pernah berubah, kerjanya selalu makan, mencuri makanan, kemudian makan lagi, beratmu sudah 80 Kg ! kau sudah kelas 2 SMA Rachel, seharusnya kau memikirkan masa depanmu, mau jadi apa kau nanti, bagaimana dengan UN mu setahun lagi ? kau ini anak perempuan, anak perempuan satu – satunya di keluarga ini, harusnya kau bisa membanggakan keluarga, bukan malah membuat jadi malu ! “ teriak mama Rachel lagi.
“ hentikan mama, Rachel sudah dengar itu seribu kali “ kata Rachel.
“ jika tak ingin dengar yang ke seribu satu kalinya, ubang sikapmu ! semuanya ! “ dan mama Rachel kembali ke dapur. Sementara Rachel yang masih menunjukkan ekspresi merungut , mencuri ayam ayahnya dan masuk ke kamarnya, dalam hati dia berkata, “  ayah aku lapar, maafkan aku. “
                                                                        ***
            “ gendut... cepat sini ! “ seorang gadis cantik, tinggi, dan putih memanggilnya. Anastasia, mau apa lagi dia ? tanya Rachel dalam hati. Rachel bangkit malas – malasan dari tempat duduk di taman sekolahnya. Mereka sedang istirahat sekarang. Rachel sendiri sedang membaca komik sebagai pengobat kepalanya yang pusing setelah tadi berkutat dengan pelajaran matematika selama 2 jam.
“ apa ? “ tanya Rachel.
“ minta buku PR sejarah pada Sisilia ! “ perintah Anastasia.
Sisilia adalah murid cerdas, juara pertama di kelas mereka, anak baik dan tidak terlalu suka mengobrol, sedikit tertutup, tapi dia satu –satunya orang yang tidak pernah meledek Rachel di kelasnya, dan pernah memarahi Anastasia karena menghina Rachel sangat keterlaluan, tapi sebenarnya Rachel dan Sisilia juga tidak berteman akrab, bahkan Rachel sebenarnya tidak terlalu peduli.
“ minta saja sendiri ! “ kata Rachel.
Tiba –tiba Anastasia merampas komik Rachel, “ aku akan berikan ini ketika buku PR sejarah sudah di tanganku. “ katanya.
Dengan muka kesal Rachel masuk ke dalam kelas, dan mendapatkan Sisilia yang duduk di bangkunya, terletak di sudut kiri paling depan, dia sedang membaca sebuah buku tebal yang diyakini Rachel bukan komik ataupun novel.
“ Sisilia ! “ Rachel memanggil. Sisilia menoleh padanya, “ ya ? “
“ pinjam PR Sejarah ! Anastasia memintanya. “ kata Rachel.
Sisilia mengeluarkan raut wajah tidak senang, “ ayolah Sisilia, dia merampas komikku, kalau aku tidak membawa bukumu padanya, aku berani bertaruh dia akan membakarnya ! “ mohon Rachel. Sisilia menghela napas, “ ini “ dia memberikan buku nya pada Rachel.
Secepat kilat Rachel keluar dan balik lagi ke kelas dengan komik di tangannya, “ kuharap kau tidak keberatan, di luar terlalu menyebalkan “ dan Rachel menempati bangkunya yang paling belakang. Selama beberapa lama mereka diam dan sibuk membaca buku masing – masing, tapi sesekali Rachel terkikik dengan bacaannya.
“ aku iri padamu “ tiba - tiba Sisilia berkata, Rachel mengangkat kepalanya dari komik dan melihat sekeliling, tidak  ada siapapun di kelas selain mereka berdua.
“ kau berbicara padaku ? “ tanya Rachel.
“ siapa lagi ? “ kata Sisilia dan sekarang dia menuju ke tempat Rachel duduk, kemudian memandangnya lekat – lekat, Rachel baru sadar ternyata Sisilia mempunyai mata yang sangat jernih tetapi sayu.
“ hahahahaha “ Rachel tertawa, “ jangan bercanda ! orang yang mendapat nilai nol pada pelajaran matematika pun tidak mungkin iri padaku. “ kata Rachel.
“ kalau begitu aku orang yang mendapat nilai minus ! “ jawab Sisilia.
“ kenapa sih kau ? “ sekarang Rachel mulai kesal, sepertinya dia dipermainkan.
Tapi Sisilia bergeleng, “ aku serius, aku sangat ingin menjadi orang yang tidak perlu memikirkan apapun, hanya bersenang – senang, dan tidak peduli pada siapapun sepertimu. “ kata Sisilia. “ yah jelas... terima kasih hinaannya “ kata Rachel tersinggung.
“ itu bukan hinaan, “ kata Sisilia tenang, “ terkadang aku ingin menendang buku –buku itu dan hanya membaca majalah sepanjang hari di kamarku, tapi batinku menolaknya dan merasa tidak bertanggung jawab kalau melakukannya. “ kata Sisilia.
“ kau tahu ? kurasa kau itu terlalu banyak mengerjakan soal matematika, jadinya otakmu sudah hilang sebelah. “ kata Rachel asal- asalan.
Tapi Sisilia malah tertawa, “ benar juga ! tapi ngomong – ngomong, aku tidak pernah tahu apa cita – citamu ? semenjak kita satu kelas, aku belum pernah dengar apa – apa tentang mu yang ingin jadi apa. “
“ bahasamu berat sekali ! “ Rachel memperotes, “ aku tidak punya cita – cita, dan aku tidak berambisi apapun, oh mungkin satu ! aku ingin jadi duta makanan. “ jawab Rachel.
Dan Sisilia tertawa lagi, “ kau sangat lucu, aku pikir aku bisa hidup lebih lama jika berteman denganmu. “ kali ini Rachel tidak menggubris.
“ aku suka puisi, dan aku ingin jadi penulis puisi yang terkenal, tapi aku tidak tahu apakah aku mempunyai kesempatan untuk itu. “ kata Sisilia lagi.
“ yah... mengingat kau pintar matematika, jadi aku sarankan lebih baik kau jadi guru matematika saja. “ jawab Rachel.
“ aku juga ragu apakah aku masih sempat untuk itu. “ katanya.
“ kalau kau tidak sempat untuk itu, ya sempatkan untuk hal – hal lain. “ jawab Rachel masih asal-asalan sebenarnya.
Tapi Sisilia terdiam, Rachel mengangkat matanya ke wajah Sisilia, dan sekarang matanya yang jernih tampak berkaca – kaca. Rachel kaget dan jadi salah tingkah, “ apa aku salah bicara ? “  Tiba –tiba saja Sisilia memeluk Rachel kencang, “ terima kasih ! “ dan dia pergi ke tempat duduknya, wajahnya sekarang lebih bergembira, dia sudah menyimpan buku tebalnya, dan mulai memasang earphone di telinganya, sambil besenandung.
“ sinting ! “ kata Rachel yang melihatnya dari jauh.
                                                                        ***
            Rachel baru saja duduk di bangku kelasnya, dia masih sangat mengantuk dan terus menguap. Ketika dia baru mau menutup matanya, tiba –tiba saja sebuah gebrakan keras terdengar di mejanya dan Rachel terlonjak, dilihatnya Sisilia menjatuhkan novel – novel ke mejanya, “ menurutmu novel mana yang paling menarik ? yang paling romantis, yang pemeran utamanya sangat mengagumkan ? “ tanya Sisilia
Rachel bingung tapi dia melihat semua novel itu dan memilih salah satu yang menurutnya paling menarik, kemudian Sisilia mengangguk dan menjatuhkan tasnya di kursi sebelah Rachel, “ tunggu dulu, apa ini ? kau duduk disini ? “ tanya Rachel kaget, selama ini dia selalu duduk di belakang sendirian.
“ yup, aku sudah minta pada wali kelas, katanya boleh,dan mulai sekarang panggil aku Sisil “
“ apa ?! “ Rachel menghela napas tampak tidak setuju, tapi habis itu dia tidak protes – protes lagi, karena sebanarnya Rachel tahu jauh di dalam dirinya dia senang.
                                                                        ***
            Rachel dan Sisil baru saja keluar dari mall sambil memegang es krim di tangan mereka masing – masing. Sudah sebulan mereka duduk sebangku dan sekarang mereka seperti sepasang mobil dan bensin, dimana ada Sisil ada Rachel dan sebaliknya. Untuk pertama kalinya Rachel mengajak Sisil ke rumahnya, dan Sisil menerimanya dengan semangat. Mereka tiba di sebuah rumah yang tidak terlalu besar, tapi cukup untuk 4 orang di dalamnya. Catnya di dominasi oleh warna putih dan tidak bertingkat. Sisil mengamati rumah Rachel dengan seksama, sebuah kolam ikan di bagian belakang rumah Rachel sangat mengangumkan, dan Sisil memutuskan itu adalah tempat favoritnya. Kemudian mereka memasuki kamar Rachel, tempat yang paling berantakan diantara seluruh ruangan. Seprainya terletak ke lantai, bantal juga tak tersusun rapi, seragam sekolahnya tidak terlipat dan buku ada dimana-mana, serta ada sebuah gitar yang terpajang asal – asalan di sudut kamarnya.
“ kau bisa main gitar ? “ tanya Sisil.
“ bisa. “ jawab Rachel datar.
“ coba mainkan “ pinta Sisil. Rachel mengambil gitarnya dan mulai memetiknya
Jrenggggg “ ehm.. ehm... “ Rachel bersenandung seperti penyanyi profesional yang ingin mengambil suara. Sisil terkekeh melihat Rachel, tapi kemudian dia mulai terdiam.
If I could, then I would
I'll go wherever you will go
Way up high or down low
I'll go wherever you will go.....
Rachel mengakhiri nyanyiannya (wherever you will go- The Calling ) dengan gesekan gitar yang sangat indah. Setelah itu, Rachel keheranan melihat Sisil yang matanya sekarang berkaca-kaca, “ ya Tuhan Rachel, kau dilahirkan sebagai penyanyi ! “
Beberapa detik Rachel terdiam dan kemudian dia mengeluarkan tawa yang sangat besar,
“ kau berlebihan ! “ kata Rachel.
“ tidak ! suaramu... kau... ya ampun Rachel, masa kau tidak menyadari kelebihanmu sih ? selama ini kau tidak pernah menunjukan kemampuan apapun yang kau miliki, mungkin ini dia ! mungkin kau bisa sukses menjadi penyanyi ! suaramu itu luar biasa kau tahu ! “ Sisil mengatakan dengan berapi-api.
“ tidak, aku tidak tertarik menjadi penyanyi, atau apapun itu. “ jawab Rachel tidak antusias.
“ kenapa ? “ tanya Sisil, dahinya mengernyit.
“ bukanya aku tidak suka musik atau nyanyi, aku hanya tidak berambisi dan tidak peduli juga, sebenarnya aku tidak terlalu memikirkan tentang hal – hal yang terjadi di masa depan, aku hanya akan mengikuti alur saja. “ jawab Rachel enteng.
“ ke... kenapa ? “ tiba –tiba saja Sisil mengeluarkan air matanya, “ kenapa kau begitu tidak peduli dengan masa depanmu ? padahal kau punya waktu Rachel, kau bebas, kau bisa melakukan dan berjuang apapun yang kau mau demi masa depanmu, tapi kenapa kau tidak ?“ teriak Sisil yang sekarang benar-benar menangis dan keluar dari kamar Rachel begitu saja.
Rachel hanya terpana melihatnya, apa yang salah, kenapa dia menangis seperti itu ?
“ sinting ! “ desis Rachel.
                                                                        ***
            Rachel tiba di sekolah pagi – pagi sekali, dia memikirkan Sisil yang marah padanya kemarin, walaupun berusaha tak acuh, tapi mau tak mau dia memikirkannya juga, dan pagi ini begitu Sisil datang, Rachel akan langsung meminta maaf padanya, dia sudah berniat dalam hati. Rachel melihat ke pintu kelas penuh harap, tapi satu jam, dua jam, tiga jam, bahkan hingga waktunya pulang, Sisil tetap tidak tampak memasuki pintu kelas itu. Rachel melihat bangku sebelahnya yang kosong, kenapa anak itu, apa gara – gara persoalan kemarin dia tidak datang ?  Rachel mengangkat bahu, dan memutuskan akan menunggu besok pagi sambil berharap semoga Sisil datang. Besoknya, Sisil juga tidak datang, bahkan 2 hari kedepan Sisil juga tidak menunjukkan tanda – tanda untuk datang, akhirnya Rachel tidak tahan dan memutuskan untuk menelepon Sisil yang seharusnya sudah dihubunginya 3 hari yang lalu.
Tut...tut.... “ awas saja kalau anak ini tidak angkat. “ gerutu Rachel.
“ halo ? “ seseorang menjawabnya.
“ Sisil, kau kemana saja ? kenapa tidak masuk sekolah ?apa gara – gara kejadian di rumahku?  kalau iya maka aku minta maaf sekarang. “
“ ini siapa ? saya mamanya Sisil. “
Rachel terkejut bukan main, “ maaf tante maaf... ehm saya pikir tadi Sisil, saya... bisa bicara denganya tante ? “ Rachel menunggu jawaban, terdengar helaan napas, dan mama Sisil mulai berkata, Rachel mendengarkan dengan seksama, sekarang matanya melebar. Ketika teleponnya ditutup, dia langsung menaiki angkot dan pergi secepat mungkin.
Di dalam angkot, Rachel berkata –kata kecil seperti doa, dan tiba – tiba saja, ketika lampu merah menyala, seseorang memberikan brosur, Rachel membaca judulnya, “Audisi Penyanyi Indonesia” dan keterangannya tertulis : mempunyai kesempatan terbang ke Hollywood untuk mewujudkan impianmu menjadi penyanyi internasional. Angkot mulai jalan lagi, Rachel melipat kertas itu dan memasukkan ke dalam tasnya.
                                                                        ***
            Rachel berlari di sepanjang lorong rumah sakit, dia melihat-lihat nomor kamar dan akhirnya tiba di kamar 104. Dua orang dewasa, laki-laki dan perempuan sedang duduk di kursi samping pintu kamar.
“ permisi... saya Rachel “ kata Rachel.
“ Rachel ? “ wanita setengah baya itu bertanya, Rachel yakin itu mamanya Sisil.
“ iya, tante Sisil sakit apa ? “ tanya Rachel.
Sekarang mamanya kelihatan sangat sedih dan mulai berkata lemah, “ leukimia
Mata Rachel membesar, dia tahu, walaupun tidak pintar pelajaran biologi, walaupun tidak pernah mendapat juara, tapi dia tahu kalau leukimia itu sakit yang sangat berbahaya.
“ bagaimana bisa... dia sehat – sehat saja, maksud saya dia... “ Rachel kehabisan kata-kata.
“ dia merahasiakannya, dia tak ingin ada siapapun yang tahu tentang penyakitnya, dua bulan yang lalu, dokter memvonis hidupnya tak akan lama, ini adalah sebuah keajaiban dia bisa bertahan. Tante sudah bilang agar tidak usah bersekolah lagi, tapi dia memaksa, dia bilang dia akan tambah sakit jika hanya dirumah, dia... dia.... “ mama Sisil mulai menangis dan tak bisa melanjutkan kata-katanya. Rachel terhenyak, seperti ada listrik yang disetrumkan ke kepalanya, “ boleh..bolehkan saya menemuinya ? “ tanya Rachel.
Mama Sisil mengangguk, dan Rachel memasuki kamar Sisil. Sisil menggunakan selang kecil di hidungnya, tangannya terinfus, dan wajahnya sangat pucat, dia melihat langsung ke mata Rachel. “ halo... “ sapa Rachel.
Sisil tersenyum lemah. “ kau baik – baik saja ? “ tanya Rachel lagi.
Sisil mengangguk. “ aku minta maaf... aku tidak tahu “ Rachel berusaha keras untuk tidak menangis, “ setidaknya kau menceritakan ini pada sahabatmu ! “ kata Rachel.
Sisil tersenyum dan menggengam tangan Rachel, “ maaf... dan juga maaf tentang kejadian waktu itu, harusnya aku tidak emosional begitu. Aku sadar itukan hakmu mau jadi penyanyi atau bukan, aku hanya merasa kesal melihatmu, hahahaha.” Sisil tertawa, tapi Rachel diam saja, Sisil melanjutkan, “ kau punya waktu, punya tubuh yang sehat, dan kau punya bakat, tapi kau tidak mempedulikan bakatmu, kau hanya terus bertahan dengan caramu yang acuh tak acuh, sementara aku, aku tidak punya waktu, tidak punya tubuh yang sehat, aku hanya punya mimpi yang mungkin tidak akan pernah terwujud. Tentu saja aku tidak akan memaksamu untuk menjadi penyanyi jika memang kau tidak tertarik, aku hanya berharap kau tidak menyia-nyiakan waktumu yang panjang, karena saat ini kau masih bisa bernapas. “ Sisil tersenyum pada Rachel dengan senyumnya yang tulus.
                                                                        ***
            Rachel terlentang di atas tempat tidurnya, sudah 3 hari ini dia datang ke rumah sakit untuk melihat Sisil atau hanya sekedar memberitahu tentang tugas – tugas mereka, tapi Sisil tetap kelihatan lebih pucat dari biasanya, dan sangat kurus. Rachel bangkit, mengambil gitarnya. Awalnya dia hanya memandangnya, tapi kemudian memetiknya, pertama –tama pelan, lama – kelamaan dia memetik dengan sangat kencang, kemudian dia memetik pelan lagi, Rachel menutup matanya masih sambil memetik gitarnya, dan dia mulai mengeluarkan suara lembut yang lama – kelamaan kencang seperti menyanyikan lagu rock dan kembali lembut lagi, Rachel terus melakukan itu berkali – kali, dan akhirnya dia membuka matanya, wajahnya menyeringai, seperti menemukan sebuah harta karun yang selama ini dicarinya,
“ iya, tentu saja ! “ katanya senang.
Kring.... kring.....
Handphonenya berbunyi, “ halo ? “ jawab Rachel tanpa melihat siapa peneleponnya.
“ Rachel ? “ suara wanita setengah baya terdengar, jelas dia sedang menangis.
“ tante ? ada apa ? “
                                                                        ***
            Siang hari yang cerah, seharusnya itu menjadi hari yang baik, tapi tidak untuk semua orang yang ada di pemakaman itu, semua datang, keluarganya, teman sekolahnya, bahkan wali kelasnya, semua datang ke pemakaman Sisil. Rachel tidak menangis, dia bahkan tidak kelihatan sedih, tapi semua orang tahu dia lah yang paling merasa kehilangan dibanding seluruh teman-temannya, semua orang tahu Sisil adalah sahabat Rachel. Perlahan-lahan orang-orang mulai pergi, hanya orang tua Sisil dan Rachel yang tinggal, Rachel berjongkok di samping kuburan Sisil, “ hari ini ulang tahunku, kau memberikan kado dan kejutan yang paling istimewa. Bodoh ! harusnya hari ini aku mengajakmu ke mall dan mentraktirmu es krim, tapi kau cepat sekali perginya, aku jadi tidak bisa mentraktirmu kan. Harusnya kau bilang jika mau pergi, jadi aku bisa membawakanmu es krim semalam, kau selalu begitu, tiba –tiba pergi, tapi yang kali ini kau tidak akan kembali kan.., aku.... aku akan merindukanmu. “ Rachel tersenyum sangat manis dengan mata yang sudah berkaca – kaca.
                                                                        ***
            Mereka semua duduk di meja makan, kakak Rachel, Charlie sedang mengambil potongan ayam kedua, Rachel diam saja, biasanya dia akan protes kalau kakaknya mengambil ayam dua kali. “ ndut, aku ambil ! “ kata Charlie
Rachel menarik napas dan melepaskannya, “ aku sudah memutuskan ! “ katanya tiba –tiba membuat Charlie terlonjak, “ aku akan ikut Audisi Penyanyi Indonesia. “ kata Rachel mantap.
Beberapa saat keluarganya terdiam, tapi kemudian ledak tawa Charlie keluar, “ jangan bercanda. “
“aku tidak bercanda “ kata Rachel.
“ jangan macam – macam, lebih baik pikirkan masa depanmu saja, belajar baik – baik, sebentar lagi kau kelas tiga ! “ kata mama Rachel.
“ karena itu aku ingin coba mengikuti audisi ini ! Aku  ingin membuktikan apakah benar bernyanyi adalah kelebihan yang Tuhan berikan kepadaku, yang selama ini tidak pernah aku pedulikan dan ku biarkan begitu saja. Apakah benar ini bisa menjadi opsi masa depanku, Hanya kali ini, beri aku kesempatan ! dan kalau aku gagal aku akan mengikuti semua kemauan mama, bahkan jika aku berhasil aku juga akan mengikutinya, yang aku bisa. “ Rachel memberi penekanan pada kalimat terakhirnya.
Mama Rachel meliriknya dingin, “ kapan audisinya ? “
“ tiga bulan lagi. “ jawab Rachel.
“ baik, tapi dengan satu syarat, turunkan berat badanmu 20 kg ! jika kau tidak bisa, kau tidak boleh ikut ! “ kata mama Rachel tajam.
“ aku bisa ! “ jawab Rachel semangat hingga membuat Charlie menjatuhkan ayamnya.
“ gila! “ tambah Charlie.
                                                                        ***
            Rachel antri diantara puluhan orang yang telah terseleksi, tapi justru babak kali ini yang sangat menentukan, karena jurinya adalah orang –orang besar di perindustrian musik. Rachel melihat dari balik tirai panggung, 4 juri luar biasa yang akan menilainya, dia semakin deg – degan karena ini adalah pembuktiannya.
“ selamat siang “ terdengar suara lelaki yang sekarang telah naik ke panggung menghadap juri, “ namaku Keil, aku akan menyanyikan lagu More Than Word “ dia mulai memetik gitarnya dan menyanyikannya, suaranya begitu lembut, wajahnya juga selalu tersenyum, dan yang paling penting dia menyanyikannya dengan hati.
“ 4 yes !!!!!! “ juri berteriak, dan Keil senang bukan kepalang, dia mengucapkan terima kasih dan langsung kebelakang pangung, “ semoga beruntung “ katanya ketika melewati Rachel.
Rachel mangkin deg-degan ketika nomornya dipanggil, dia memasuki pentas dengan kaki yang gemetaran, ini pertama kalinya dia di pentas, dilihat oleh begitu banyak orang dan juri – juri yang hanya dilihatnya dari TV.
“ Halo.... Rachel ? “ tanya juri yang paling cantik.
“ iya“ kata Rachel.
“ kau akan menyanyikan lagu... ahh ini salah satu lagu favoritku, ceritakan kenapa memilih lagu ini. “ katanya.
“ karena seorang sahabat sangat menyukai lagu ini. “ jawab Rachel.
“ itu saja ? aku ingin mendengar lebih banyak. “ kata juri laki – laki yang paling ujung.
Maka Rachel sedikit bercerita, “ dia... yang menyadarkanku kelebihan yang kumiliki, yang bahkan selama ini kuanggap tidak ada, dia yang memberitahuku arti dari sebuah pilihan masa depan, yang mungkin bisa dipertimbangkan. Dia yang membuatku belajar untuk lebih mengenal dan mencintai diriku sendiri. “
“ dan apakah sahabatmu disini ? “ tanya juri cantik itu lagi.
“ tidak, tapi aku rasa dia melihatku. “ kata Rachel.
“ dari TV, yeah... “
“ tidak, dari surga.... kuharap “ jawab Rachel tenang. Beberapa saat ada keheningan yang terjadi ketika mereka mengetahui artinya.
“ baiklah, kita langsung saja. Benyanyilah dengan baik “ juri laki-laki memberi kode.
Intro musik mulai terdengar, Rachel memegang erat microphone nya, menutup matanya, dan mendekatkan mic nya ke bibir, dia mulai bernyanyi
So lately, been wondering
Who will be there to take my place
When I'm gone, you'll need love
To light the shadows on your face
If a great wave should fall
It would fall upon us all
And between the sand and stone
Could you make it on your own
If I could, then I would
I'll go wherever you will go
Way up high or down low
I'll go wherever you will go
If I could turn back time
I'll go wherever you will go
If I could make you mine
I'll go wherever you will go ~ ~ ~
Rachel menyelesaikan nyanyiannya, dan membuka matanya, kemudian tiba –tiba saja, kedua juri cantik berdiri dan bertepuk tangan keras, bahkan salah satunya menangis, juga seluruh penonton yang ada di situ bertepuk tangan dengan histeris.
“ 4 yes !!! ya Tuhan... kau mempunyai suara seorang dewi ! “ kata salah satu juri.
Rachel tidak mempercayai pendengarannya, dia berhasil, dia berhasil membuktikannya, dia telah menemukan kelebihannya ! Rachel berjingkat kesenangan, dan tiba –tiba saja seorang wanita memeluknya, “ mama ! mama datang ? aku pikir mama... “
“ jangan bodoh, jika pun kau tidak lolos, mama tetap akan datang ! “
Ketika mereka kembali ke belakang panggung, Keil memberi Rachel selamat, “ suaramu bagus sekali “
“ terima kasih. “ kata Rachel yang sekarang wajahnya merona.
“ ayo... kita harus merayakan ini, yah walau hanya makan es krim“ rupanya mama Rachel masih berpura –pura dingin meskipun bibirnya terus mengeluarkan senyuman.
Wajah Rachel menatap ke atas, seolah – olah melihat kebun bunga disana, ekspresinya teduh, mata dan bibirnya tersenyum, “ ini adalah permulaan, ya kan Sisil ? “
Sedetik kemudian, Rachel tak sengaja melirik ke Keil yang juga meliriknya, wajahnya sedikit memerah “ dan semoga aku bisa berbagi rasa es krim denganya. “ kata Rachel sambil menatap ke atas sekali lagi.
“ Rachel cepat ! “ teriak Charlie.
“ iyaaaaa “ jawab Rachel yang lari mengejar keluarganya.

                                                                                       THE END

Senin, 23 Juli 2012

Cinta di “ Retoria “


Inspire / basic of story by MV Juniel – Illa Illa
Cerita ini hanyalah pengembangan dari imajinasi saya J

“ Nek...nek... “ aku menoleh pada cucuku yang sekarang telah berumur 16 tahun, seorang remaja cantik yang selalu ingin tahu. Rambut panjangnya berterbangan saat setengah berlari menghampiriku.
“ ada apa Shally ? “ tanyaku lembut padanya.
“ nek... nenek tahu ini siapa ? lukisannya mirip Shally ya nek “ katanya penuh semangat.
Shally menunjukkan sebuah kertas lukisan yang sudah sangat tua, kertas itu bahkan sudah bewarna kecoklatatan, di kertas itu seorang perempuan muda berambut panjang tengah tersenyum sambil memegang setangkai bunga. Aku terdiam, memoriku langsung berputar kembali berpuluh-puluh tahun yang lalu.
“ dari mana kamu dapatkan ini Shal ? “ tanyaku pada cucuku itu.
“ dari gudang Nek, ini ada di tabung panjang itu nek, tempat yang buat melukis itu , gak tahu Shally namanya apa, ini lukisan nenek ya ? “ tanya shally.
Aku hanya mengangguk perlahan, “ ini lukisan nenek, waktu nenek masih berumur 21 tahun “ kataku menjelaskan dengan sangat yakin. “ jadi kira-kira lukisan ini sekitar 34 tahun yang lalu “ tambahku lagi.
“ waw ! lama banget ya nek, siapa yang buat ini nek ? kakek ? “ tanya Shally lagi
Aku tersenyum, “ bukan, dia adalah seseorang yang datang sebelum kakekmu, dia adalah cinta pertamaku.
Shally membesarkan matanya dan terlihat jelas raut keingintahuan dari wajahnya. Maka aku memutar kembali memoriku ke 34 tahun yang lalu disaat aku masih berumur 21 tahun, seorang gadis cantik yang masih canggung berhadapan dengan seorang pria.

                                                                                                ***

Waktu itu aku dan keluargaku tinggal di jakarta. Kami hidup dari berjualan di sebuah toko milik ayahku. Nama toko kami adalah “ Retoria “ yang diambil dari perpaduan nama antara kakek dan nenek ku. Setiap siang aku selalu menjaga toko milik ayahku, dan terkadang juga di malam hari. Karna aku selalu menjaga toko milik ayahku, maka aku dijuluki ‘gadis si bunga kanvas’, karena barang –barang yang kami jual di toko kami adalah berbagai jenis bunga dan peralatan melukis yang diantaranya adalah kanvas. Dari sinilah aku mengenal laki-laki ini, dia adalah seseorang yang setiap hari, tepat jam satu siang selalu datang ke toko kami. Dan setiap hari pula membeli bunga ataupun keperluan melukis di toko Retoria. Bahkan setiap hari pula aku memergokinya mengintip dari jendela melihat kearahku sebelum dia masuk ke dalam toko. Awalnya aku tak memperhatikannya, tapi karena seringnya dia berkunjung ke toko, aku jadi sangat memperhatikannya. Aku penasaran kenapa setiap hari dia berkunjung ke toko kami untuk membeli barang yang sudah dibelinya kemarin. Namun seiring berjalannya waktu, rasa penasaran ini berubah menjadi perasaan lain, dia yang selalu datang dengan mata jernih dan senyum manisnya berhasil membuatku canggung dihadapannya. Sikap sopannya  mendetakkan jantungku lebih kencang dari biasanya, dan kesederhanaanya menjadikan dia berbeda dari pria lainnya. Aku yang tidak pernah berurusan langsung dengan laki-laki tahu bahwa  ada suatu perasaan yang lain dalam hatiku dan tanpa aku sadari, setiap hari, setiap jam satu siang, aku selalu menunggunya.
Pernah suatu ketika, dia terlambat datang ke toko. Waktu itu sudah jam 1.30 dan dia belum datang juga, maka sambil terus melirik ke jam dinding, aku merangkai bunga mawar yang bewarna merah. Tiba- tiba aku dikejutkan oleh ketukan tangan di atas meja, dan ketika aku melihat, ternyata dia sudah ada dihadapanku dengan tersenyum manis. Aku benar- benar canggung, seperti berhenti bernafas dalam keadaan yang tiba-tiba.
“ iya... ? “ tanyaku
Dia tersenyum kemudian berbalik arah melihat rangkaian-rangkaian bunga.
“ aku sedang mencari bunga yang harumnya alami “ katanya
“ ee itu... bunga mawar bewarna putih itu sangat wangi “ kataku sambil berdiri dan menunjukkannya.
Dia menciumnya, “ ehm... sepertinya kurang “ katanya melihatku.
“ ee..kalau bunga mawar merah itu ? “ aku mengambil bunga mawar yang baru saja aku rangkai.
“ ehm... yang ini baru sangat wangi “ katanya tersenyum manis.
“ baiklah... ini, terima kasih, aku akan kembali besok “ katanya lagi setelah memberi uang bunga kepadaku dan keluar dari toko.
Dan selanjutnya terus begitu, dia selalu datang ke toko Retoria  setiap jam satu siang..... hingga ....

                                                                        ***

Hari senin malam sekitar jam 10.00, aku baru pulang dari pasar malam. Aku berjalan ke arah toko Retoria dan sesaat berhenti ketika aku melihat dari kejauhan punggung  seseorang yang sepertinya tak asing mulai menghilang dari keramaian orang yang hilir mudik di jalan.
“ kau kemana saja ? kenapa lama sekali pulangnya ? “ tiba-tiba temanku yang bekerja di toko ayahku menanyakanku begitu aku masuk ke dalam toko.
“ aku dari pasar malam “ kataku biasa.
“ tadi, laki-laki yang biasanya setiap hari kesini, pelanggan tetapmu, datang kemari mencarimu. Dia sepertinya berlari kesini hingga kelelahan begitu, aku bilang padanya kau sedang pergi, dia sudah menunggumu lebih dari 2 jam, mungkin dia ingin menunggumu hingga kembali, tapi sepertinya dia mendapat telepon penting, jadi dia harus segera pergi. Dia hanya menitipkan ini padaku “ kata temanku sambil memberikan benda berbentuk tabung dari kayu.
“ ooo dan ini juga, dia menyelipkannya di sini “ kata temanku lagi sambil mengambil kertas putih dari salah satu kantong di benda tabung kayu itu.
“ aku tidak tahu apa isinya, tapi dia baru saja menulisnya disini “ tambah temanku lagi.
Aku duduk dan mulai membuka isi dari kertas itu :

  Malam, maaf mengganggumu. Aku hanya ingin bilang bahwa besok aku akan pergi
   ke luar negeri, aku tidak tahu kapan akan kembali
   jadi...sebenarnya aku sungguh sangat menyukaimu
   Mungkin...aku tidak ingin pergi, tapi mungkin aku harus


Aku membaca surat itu dengan mata yang mulai berair, aku langsung bangkit dan keluar dari toko mencari sosok yang aku yakini bahwa ‘punggung seseorang’ tadi adalah dia, tapi... dia sudah menghilang. Aku kembali masuk ke dalam toko, dan membuka isi dari tabung kayu itu, dan aku melihat sebuah lukisan wanita yang tersenyum sambil memegang setangkai bunga, dan bunga itu adalah bunga mawar yang aku berikan padanya beberapa waktu yang lalu.

                                                                     ***

Aku selesai bercerita pada cucuku.
“ kemudian, apa yang terjadi selanjutnya nek ? “ tanya Shally
“ shally....sudah jam 10.00 ayo tidur ! “ panggil ibu Shally
“ sudah waktunya tidur sayang... “ kataku lembut pada cucuku.
“ ehmm tapi..... baiklah “ Shally lalu beranjak pergi ke kamarnya.
“ ibu tidak tidur ? “ kata putriku padaku
“ aku masih ingin disini “ kataku.
“ baiklah... kami tidur duluan ya “ kemudian putriku masuk ke kamarnya.
Aku masih duduk di ruang tengah sambil memandang lukisan tua itu dan mengusapnya. Lukisan yang membawaku ke memori masa lalu, dan aku berkata pada diriku sendiri :

 malam itu, dia hanya pergi seperti itu, dan aku tidak pernah melihatnya lagi, aku yang 
   pindah ke Bandung bersama orangtuaku telah kehilangan jejaknya, dan begitu pula
   sebaliknya dia.
   tetapi masih....sesuatu yang aku tidak dapat katakan pada malam itu,
   aku juga.... mencintaimu  

                                                                             ***